Hay..../

Hay..../
It's in me Desi

Jumat, 16 September 2011

Go Crazy b'coz of You => FF (fanfaction)

Go Crazy Because of You.
(FF Three Shot)
Tae Yeon’s POV :
                “Noona!” panggil suara seseorang yang tidak asing lagi di telingaku.
                “Oh, Tae Min-ah. Waeyo?” tanyaku pada namja yang paling dekat denganku saat ini.
                “Noona, kau kemarin tidak latihan kenapa?” tanyanya terlihat cemas.
                “Ne? Ah, tidak kenapa-kenapa. Hanya lagi malas saja..” jawabku pelan.
                “Jeongmal?” ku lihat ia seperti mencari sesuatu di saku celananya. “igeo! Lolipop kesukaanmu!”
                “Gomap…ta.. Tae Min-ah..” aku tersenyum pahit padanya, tapi ia tersenyum manis padaku.
                “Tae Min Jagi!!” tiba-tiba suara Sul Li menggema di telingaku.
                “Omo~ Kau seperti hantu saja, tiba-tiba muncul..” ledek Tae Min pada kekasihnya itu.
                “Jagi! Ayo kita ke kelas..” ajak Sul Li manja, membuat suasana hatiku makin tak karuan.
                “Ne, kajja.” Kata Tae Min. “Noona, aku ke kelas dulu ya..” Tae Min pamit padaku.
                “Y..ye..” jawabku pelan, tidak ada semangat.
                Perlahan, punggung Tae Min menghilang dari pandanganku. Sambil terus memandangi lolipop pemberiannya, aku terus berjalan menuju ruang kerjaku, perpustakaan sekolah. Aku mungkin sudah gila karena aku jatuh cinta pada namja yang 4 tahun lebih muda dariku, dan lebih gilanya, belum genap 1 bulan aku mengenal namja yang ku anggap bocah itu. Karena bocah itu adalah trainer baru.
                “Taeng~!” kata Yoona mengagetkanku.
                “Yoon! Aku sedang tidak ingin bercanda!”
                “Aish! Kenapa kau jadi aneh begini? Sensitif sekali! >.
                “Baiklah, aku hanya akan bertanya 1 kali, jadi tolong cukup jawab 1 kali. Bisa?”
                “Waeyo?” Yoona menatapku heran.
                “Apa menurutmu aku sudah gila?” tanyaku singkat, padat dan jelas.
                “Eung~~” Yoona menatapku keheranan dan membuatku ingin buka mulut saja.
Tae Yeon’s POV END.
Author’s POV :
                Hari itu dimana Tae Yeon ada jadwal latihan bersama SM Entertainment. Ia seperti lupa diri bahwa ia sungguh berubah. Mukanya selalu ditekuk seperti tak ada semangat.
                “Taeng! Ada apa dengan wajahmu? Lipat 4 gitu!” ledek Kyu Hyun pada Tae Yeon.
                “Biasa saja ah!” jawab Tae Yeon singkat.
                “ckckckck! Kau salah makan obat?” ledek Kyu Hyun lagi.
                “Aigoo! Kyu! Jangan buat aku menjitak kepalamu itu!” omel Tae Yeon kesal membuat semua yang sedang latihan menoleh ke arah Tae Yeon dan Kyu Hyun.
                “Kau kenapa Taeng? Sakit?” tanya Lee Teuk.
                “Tidak Oppa, gwenchana..” jawab Tae Yeon sambil melirik Kyu kesal.
                “Taeng! Aku perlu bicara denganmu..” tiba-tiba Yoona menarik Tae Yeon dari kerumunan.
                “Mwo e?” Tae Yeon bingung saat sahabatnya itu menariknya begitu saja.
                “Kau gila? Apa kau sudah siap jika semua orang mengetahuinya?” omel Yoona saat sudah membawa Tae Yeon ke tempat yang lebih aman.
                “Ini terlalu ekstrim untuk aku beritahukan! Tidak akan dan tidak boleh. Aro?”
                “Maka dari itu, jangan menampakkan sesuatu yang bukan dirimu sama sekali..”
                “Apa aku terlihat berbeda?” Tae Yeon sendiri tidak sadar apa yang terjadi pada dirinya.
                “Ya, ampun! Taeng! Kemana dirimu yang tidak tahu malu itu? Mesin pembuat onar dan juga badut di agensi ini! Taeng yang ku kenal sudah tidak ada lagi ya?”
                “Benarkah aku separah itu?” Tae Yeon hanya menatap miris dirinya dan menoleh ke semua orang yang biasa ia hibur.
                “Noona!” tiba-tiba Tae Min datang dan langsung menghampiri Yoona dan Tae Yeon.
                “Tae Min-i..” kata Yoona sambil tersenyum.
                “Noona, ini lolipop!” Tae Min memberikan lolipopnya kepada Tae Yeon dan Yoona. Tapi, tidak seperti biasanya, kali ini Tae Yeon menolak.
                “Tidak usah.. Yoon, aku latihan dulu ya..” kata Tae Yeon seperti menghindar dari Tae Min.
                “Loh, Taeng! Ah, dia aneh sekali belakangan ini..” gumam Yoona.
                “Noona kenapa?” Tae Min ikut-ikutan bingung.
                Saat latihan, sekeras mungkin Tae Yeon menghindari kontak mata dengan Tae Min atau tidak ia akan semakin terjerat. Tae Min semakin merasa ada yang aneh dengan Noona favoritnya itu. Begitu latihan selesai, Tae Min berusaha untuk berbincang-bincang, tapi menghindarnya Tae Yeon semakin telihat jelas kala Tae Min berusaha menyusul Tae Yeon, tapi Tae Yeon pura-pura tidak tahu bahwa Tae Min ingin bicara dengannya. Tae Min mempercepat langkahnya dan langsung menarik Tae Yeon.
                “Noona! Apa aku berbuat salah?” tanya Tae Min polos.
                Tae Yeon hanya diam berusaha menghindari Tae Min.
                “Noona, aku mohon jawab aku! Mengapa kau selalu menghindar dariku?” Tae Min terus mendesak Tae Yeon yang sedang susah payah menahan air matanya agar tidak jatuh.
                “Aku bertanya juga padamu, mengapa aku tidak boleh menghindar darimu?” jawab Tae Yeon tak kalah emosional juga.
                “Aku tidak bilang kau tidak boleh. Tapi, setidaknya aku harus tahu alasan mengapa kau melakukan ini? Kau pernah memintaku agar aku selalu bersamamu, menemanimu Noona, tapi kenapa sekarang kau yang menghindar dariku?”
                “Apa kau tahu rasanya menjadi orang bodoh? Apa kau pernah merasa dirimu sudah gila?! Bagaimana kau menghadapi kenyataan yang membuatmu frustasi?!..” <tes> akhirnya setitik air mata jatuh dari pelupuk mata bulat indah Tae Yeon. “neo aro? Aku pikir aku akan selalu menganggapmu bocah, dan kita adalah teman. Noona dan dongsaeng, bukankah terdengar normal? Tapi, bagaimana jika aku mengatakan aku ingin kau menganggapku sebagai yeoja? Masih bisakah kau bicara padaku sekarang? Dan Bertanya mengapa aku menghindar? Cukup Tae Min! Aku tidak ingin bermain dengan fantasi konyolku ini! Aku yang mendekat, jadi aku sendiri yang harus menghindar..” kata Tae Yeon lirih lalu berlalu dari hadapan Tae Min yang masih mematung setelah mendengar kata-kata dari Tae Yeon.</tes>
                “Noona..” gumam Tae Min pelan, ia ingin menahan Tae Yeon, tapi tangannya tak bisa bergerak, mematung. “Noo..na, mian hae..Mian hae..”
***
PART II
                Sekarang Tae Yeon sudah terbaring di kasurnya. Dia terus menangisi kebodohannya. Sebenarnya ini bukan karakternya sama sekali. Seorang Tae Yeon si pembawa keceriaan kini sudah hilang. Yang ada hanya Tae Yeon yang malang. Sejak ia mengatakan hal tadi kepada Tae Min, entah apa yang akan terjadi, ia tidak perduli. Dia sudah cukup tersiksa berpura-pura menjaga citra dan norma. Tapi, dia hanya manusia biasa yang bisa memiliki perasaan cinta kepada siapa saja, tidak terkecuali Tae Min.
                <dddrtt> sebuah pesan masuk, dan tidak lama kemudian ada pesan masuk lagi, lagi, lagi dan lagi. Saat Tae Yeon membuka pesan-pesan di ponselnya, isi pesan ternyata sama. Tapi, tidak satupun yang ia balas. Karena semua pesan itu dari Tae Min.</dddrtt>
                Noona, gwenchanayo? Aku harap kau jangan tidur terlalu larut. J
                “Mwoya ige?” Tae Yeon bergumam kecil. “Kenapa kau masih saja memperdulikan aku? Dasar anak bodoh!” Tae Yeon menyeka air matanya.
                Sementara, Tae Min masih gelisah menunggu balasan dari Tae Yeon. Dan masih terus berfikir tentang kata-kata Tae Yeon tadi. Ia jadi teringat bagaimana dulu pertama kali ia bertemu dengan Tae Yeon. Begitu menarik dan juga asik bisa berkenalan dengan orang seperti Tae Yeon.
                “Kau mirip Heenim! Cantik sekali..” Tae Min mengingat bagaimana Tae Yeon pertama kali meledeknya. “Kau adalah namja terimut yang pernah Noona temui..” ingat Tae Min lagi. “Noona senang sekali bisa meledekmu seperti ini. Karena hanya Tae Min yang senang diledek oleh Noona J” ledek Tae Yeon yang sampai sekarang masih diingat oleh Tae Min.
                “Noona, apa aku jahat padamu?” gumam Tae Min sedih.
                Masih dengan air matanya, Tae Yeon memandangi fotonya bersama Tae Min.
`               “Mian hae, Tae Min-ah.. Jeongmal mian hae..”
****
                <plakk> Kyu Hyun dengan gemasnya langsung menggeplak kepala Tae Min.</plakk>
                “Sakit Hyung!” rintih Tae Min.
                “Kau ini! Bagaimana bocah ingusan sepertimu? Aish!” Kyu Hyun jadi pusing sendiri karena bingung mau ngomel apaan.
                “Hyung, apa nggak Hyung buat naskah dulu! Jadi lancar ngomelin aku..” ledek Tae Min.
                “Laillah! Situ ngajarin aye? Aye lagi ngoceh dengerin dulu nape!!” omel Kyu Hyun.
                “Hyung..” Tae Min menatap Kyu Hyun nanar, membuat Kyu Hyun tidak tega.
                “Tae Min-ah, aku yakin kau adalah pemilih yang terbaik. Jangan sampai kau membuang sesuatu yang sangat berharga.” Pesan Kyu Hyun dengan bijak lalu ia berlalu begitu saja.
                “??” Tae Min bingung, tapi nasihat Hyungnya terasa begitu merasuk ke dalam hatinya.
****
                “Apa? Sudah tidak bekerja di sini lagi?” Tae Min terkejut mendengar dari pengelola perpustakaan bahwa Tae Yeon sudah tidak menjadi penjaga perpustakaan lagi di sekolahnya.
                “Ne, dia mengundurkan diri sejak kemarin. Kemarin adalah hari terakhir ia bekerja di sini. Dia bilang dia akan segera debut, jadi dia tidak akan punya banyak waktu untuk bekerja di sini.”
                “Begitu ya..” kata Tae Min sedikit kecewa.
                “Jagi! Ayo ke kantin..” tiba-tiba Sul Li datang dan menggandeng tangan Tae Min.
                Karena sedang angong, Tae Min dengan pasrahnya digeret (?) Sul Li menuju kantin. Saat ia melihat sonbaenya ada yang lewat sambil mengemut lolipop, ia teringat dengan Tae Yeon. Sampai-sampai ia tidak konsen dengan Sul Li yang sedang mengajaknya berbicara.
                “Oppa! Waeu geurae? Kau tidak mendengarkan aku ya?” kata Sul Li sebal.
                “Oh.. Mian, Sul Li-ah. Ada urusan yang harus aku selesaikan. Tunggu ya..” kata Tae Min langsung pergi dari hadapan Sul Li.
                “Ck! Oppa!” panggil Sul Li tapi tidak dihiraukan.
                Tae Min dengan segera kabur dari sekolahannya dan berniat pergi ke rumah Tae Yeon. Sepanjang perjalanan ia ingat akan kejadian dimana Tae Yeon selalu ada untuknya, itulah mengapa ia bisa nyaman bersama Tae Yeon. Saat ia di bully teman-temannya karena dia seorang trainer yang nantinya akan jadi artis, Tae Yeon lah yang membelanya, pada saat itu ia merasa Tae Yeon merendahkannya karena tidak bisa membela diri, tapi ia sadar itu semua Tae Yeon lakukan karena hanya ingin melindunginya. Saat ia tidak memiliki teman satupun di SM Ent, Tae Yeonlah yang mengajaknya bicara, disaat ia bertengkar dengan Sul Li maka Tae Yeonlah yang meredakan amarahnya. Tae Yeonlah satu-satunya orang yang selalu ada untuknya. Gila! Itulah yang ada dipikiran Tae Min, rasa apa ini? Simpati atau..? Tapi, ia segera teringat kata-kata Kyu Hyun, dan membuatnya semakin yakin melajukan sepeda motornya ke arah rumah Tae Yeon. Yeoja yang tanpa disadari membuatnya jatuh cinta juga.
                Saat Tae Min hendak mengejutkan Tae Yeon dengan muncul dari jendela kamar Tae Yeon, ia terhenti oleh sebuah perbincangan Tae Yeon dan Yoona. Sejenak ia mendengarkan dulu.
                “Aku rasa aku terlalu percaya diri. Bukankah begitu Yoona?” kata Tae Yeon lirih.
                “Taeng..” kata Yoona simpati.
                “Saat aku tidak sengaja mendengar obrolanmu dengan Tae Min mengenai novel itu, aku kira itu benar-benar pikirannya. Aku kira itulah kata hati Tae Min. Bahkan aku sempat merasa terbang saat ia mengatakan jika ia adalah toko pria itu, dia akan memilih yeoja itu, yeoja yang selalu ada untuknya walaupun mereka terhalang oleh usia, Tae Min bilang jika ia pria itu, ia tidak akan perduli dan memilih yeoja yang lebih tua darinya itu. Aku bahkan sempat menatap diriku terus tersenyum di depan cermin saking bahagianya. Entah, apa yang harus aku lakukan untuk menutupi kekeliruanku. Karena itu hanya cerita di novel, Tae Min tidak akan benar-benar seperti itu di kehidupan nyatanya..” ucap Tae Yeon lirih dan meneteskan air mata.
                “Apa kau berfikir seperti itu Noona?” sahut Tae Min tiba-tiba lalu menampakkan dirinya di jendela. Tae Yeon dan Yoona terkejut dengan kehadiran Tae Min.
                “Neo! Kau tidak sekolah hah?” omel Tae Yeon.
                “Sekolah? Apa Noona sudah lupa, bagaimana aku bisa sekolah jika tidak ada yang melindungiku lagi? Ya! Aku hanya anak kecil yang tidak bisa membela diri. Tapi, aku adalah namja terimut yang pernah Noona temui! Bukankah begitu? Ya! Aku memang pernah berkata seperti itu pada Yoona Noona tentang novel, dan menurutmu apa itu semua hanya bualan?” tanya Tae Min tegas.
                “geumanhae, Tae Min-ah!” Tae Yeon mengalihkan pandangannya dari Tae Min.
                “Apa yang kau suruh hentikan, Noona? Apa Noona sedang memintaku berhenti menutupi perasaanku yang sebenarnya? Noona, kau tahu? Kau pikir hanya kau yang gila dengan semua ini? Perasaan aneh yang tidak karuan! Hanya kau yang galau? Tidak pernahkah kau berfikir aku mengalami hal yang sama setiap kali kau memanggilku dengan manja? Meledekku seolah aku ini anak kecil? Memperhatikanku seolah aku ini dongsaeng paling berharga buatmu? Kau pikir aku bisa menghapus ingatanku tentang Noona terbaik dengan lolipopnya? Noona.. Neo ttaemune michi gesso! Aro?”
                “Tae Min hentikan!!” teriak Tae Yeon frustasi. “a..aro.. Aku tahu. Aku minta maaf.. Maaf membuatmu gila dengan semua ini. Aku..minta..maaf..”  kata Tae Yeon dengan tangisannya yang pecah. Lalu ia segera berlari ke dalam kamar mandi.
                Yoona mengejar Tae Yeon dan memberikan isyarat pada Tae Min untuk pergi dari rumah Tae Yeon. Karena kehadiran Tae Min akan semakin membuat Tae Yeon tidak bisa melupakan Tae Min.
                “Noona.. Joa..Handa...” kata Tae Min lirih sambil meninggalkan rumah Tae Yeon.
*****
Tbc .. Mian kalo FF nya geje, tunggu endingnya ya.. Soalnya belum tahu endingnya mau dibuat seperti apa, apakah duo Tae bersatu atau Tae Min tetap dengan Sul Li, atau mau bagaimana, diharapkan comment dari readers, so author bisa buat ending yang terbaik. Gomawo J

By Ciza U4IA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar